Pastor Dibantu Suster Tandai Abu di Kening Umat, Ini Infonya

Pastor Dibantu Suster Tandai Abu di Kening Umat, Ini Infonya

Oleh: Firmus

SANGGAU - Vikjen Keuskupan Sanggau Pastor Richardus Riadi memimpin misa rabu abu di Gereja Katolik Maria Bunda Pengharapan Paroki Bunut Keuskupan Sanggau, Rabu (26/2/2020).

Pantauan wartawan sekitar 700 lebih umat mengikuti misa rabu abu itu.

Penandaan abu di setiap kening umat, pastor dibantu oleh Suster Brigita dari Kongregasi Suster Santo Augustinus.

Vikjen menjelaskan rabu abu adalah hari pertama Masa Prapaska, yang menandai memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paska.

Angka 40 mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan. Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah.

Demikian pula Nabi Elia. Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya.

Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari.

Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).

Jadi penentuan awal masa Prapaska pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paska, tanpa menghitung hari Minggu.

Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan.

"Kita diciptakan dari debu tanah dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu,"tuturnya.

Bertobatlah, dan percayalah kepada Inji. Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu.